Tuesday 9 October 2012

Penentuan Hidup, Kita yang Miliki!

Aku mulai merangkak dari hidup yang lama. Sebuah penantian lama yang sangat menyita waktuku. Aku hanya tahu bahwa satu hal lain akan terjadi setelah ini. Namun entah apa, entah apa..

Ada bau rokok yang menyesakan otak saat aku menulis malam ini. Aku tak begitu suka bau rokok. Bagiku, kalau mau mati ya mati saja sendiri. Tak usah lah mereka ajak aku.

Aku ingin menuturkan satu kisah hidup tentang pencarian hak. Bahwa kini aku mengemban sesuatu yang sangat tak ku sangak. Di depak, di keluarkan, bahkan di hancurkan. Aku tak suka.

Aku mulai tak menjadi diriku yang biasa. Aku malas, aku tidur sepanjang hari, tak ku kerjakan tugasku, dan aku tahu ini salah. Tapi tak ada sesuatu yang ‘membangunkanku’.
Memang iya, aku tak suka digubris, aku tak suka dihalau. Siapa yang menggubrisku, siapa yang menghalauku akan ku hadang balik. Siapapun, kecuali satu hal yang ku cintai, TUHAN…

Kau terlihat bodoh di sana, Eva..

Sial! Kawan-kawan itu mulai menggangguku. Adapun yang kata-katanya sedikit di perhalus.

Va, nggak seperti biasanya.

Tahulah aku bahwa aku sangat kacau.

Ya, aku tak bisa seperti ini terus terus dan terus. Harus ada sesuatu yang membuatku terangkat. Harus ada sesuatu yang membuat bangkit dan kembali menjadi super woman yang selalu terpatri dalam depan namaku.

Kembali, ku rangkai mimpi dengan cinta dan pengharapan yang besar akan kembalinya aku pada titik diriku.

Aku acuhkan kawan yang menjebloskanku pada jurang kemalasan yang luar biasa. Aku tak layani ketukan pintu yang ya aku tahu ajakan apa yang di lontarkan nantinya.

Aku hanya tahu aku harus kembali menjadi Eva.

Sampai akhirnya aku berusaha mendapatkan apa yang menjadi hakku sebagai peraih nilai 3 koma. Aku hubungi dosen yang ku rasa bisa membantuku.

Bapak Ichwan Suyudi.

Pak, saya tak bisa lama-lama di kelas itu. Saya ingin pindah. Lagipula kenapa saya harus di depak dari kelas saya yang dulu..? Bapak tidak tahu rasanya sih.

Itu akan membuat kamu belajar, Eva. Bapak yakin kamu bisa. Mereka butuh penyemangat untuk bisa lebih.

Tapi mereka tak membuat saya semangat.

Ya sudah, mau kamu sekarang bagaimana?

PINDAH KELAS!

Tidak bisa, Eva. prosesnya sangat rumit..

Rumit bukan berarti tidak bisa kan Pak.

Sedikit perubahan saja.

Ok. Kalau begitu saya ingin dosen mata kuliah translation saya Ibu Ratna Sayekti. Bisa kan Pak?

Ok, bisa. Saya izinkan kamu masuk kelas Ibu Ratna. tapi dengan beberapa konsekuensi. Pertama, kamu masih akan tetap menjadi 3sa02 sampai waktu yang di tentukan. Kedua, kamu masih menjadi mahasiswi dosen translation kamu yang sekarang. Itu artinya kamu masuk kelas Ibu Ratna hanya untuk improvement kamu saja. Dosen kamu yang sekarang yang menentukan nilai kamu. Bukan Ibu Ratna. Siap?

Ya Tuhan! Akhirnya aku menerima semua konsekuensi itu. Aku hanya orang-orang berani yang berkemauan untuk maju dan memajukan.

Kini, setiap Kamis, aku menambah jam untuk belajar translation bersama Ibu Ratna Sayekti.

Dan aku bisa berkata bahwa hidupku tak lagi mundur, tapi tengah mencari dirinya sendiri untuk menuju pulang.

Perubahan itu kita yang buat dan kita yang tentukan.

Percayalah.

keajaiban itu ada, asal kamu yakin dan berusaha.

SUKSES BUAT TEMAN-TEMAN DI SASTRA.

evaBruner
November 2008

No comments:

Post a Comment