Thursday 11 October 2012

Mimpi Buruk

Pagi ini, aku bangun dengan isak tangisah yang pedih. Pasalnya adalah mimpi buruk, buruk sekali. Sampai-sampai aku bisa merasakan sakitnya hal yang tidak nyata itu. 

Semalam. seusai berlelah-lelah dengan aktifitas keseharianku, diakhiri dengan makan di rumah makan padang lalu membeli buku tugas kuliah ditemani sang pacar, aku bergegas ke kediamanku, berisitirahat. Rasanya badan lelah sekali. bahkan shalat dan mandipun aku pending sampai akhirnya aku bangun pukul 3 dini hari.

Pukul 3 dini hari, mengingat aku belum shalat isya, ku putuskan untuk bangun dan menunaikan kewajibanku. Usai shalat isya, sebuah buku menarikku untuk ku baca sampai akhirnya terdengar suara adzan Subuh, lalu ku segerakan shalat.

Usai shalat Subuh, aku ingin tidur lagi. Maka sebelum menutup mata, aku setel alarm. Ku tugasi ia membangunkanku pukul 7. 

Dimulailah mimpi buruk itu..

Mama, adalah contoh nyata bagiku bagaimana memberi itu menimbulkan rasa bahagia tersendiri. "Kalo sodara kita pulang liburan dan kita dikasih oleh-oleh, kita senang kan? Nah, kalo kita yang berada di posisi yang memeberi oleh oleh-oleh, senangnya berkali-kali lipat," kata Mama.

Saat aku pergi ke kampung halamanku, aku memutuskan untuk memberi oleh-oleh kepada orang yang dekat denganku, sebutlah dia sahabat. Aku berniat membawakannya bermacam-macam panganan khas, kerajian khas, dan lain-lain.

Sepulang dari kampung halaman, aku memberikannya dan dia senang. Dia mengucapan terimakasih atas apa yang aku beri. Benar kata Mama, aku bahagia melebihi bahagia jika aku diberi oleh-oleh.

Seminggu, dua minggu..

Sahabatku itu main ke rumah dan seperti biasa, kami menghabiskan waktu untuk berbincang mengenai pelbagai hal yang saat ini terjadi. Saaat tengah asik mengobrol, handphonenya berdering dan ia hendak mengangkat panggilan telfon tersebut. Tanpa diduga, saat dia merogoh-rogoh tas mencari handphonenya, sebuah keresek putih yang ada isinya jatuh.

Aku tahu isi keresek itu apa. Aku tahu persis apa saja isinya. Ada makanan-makanan kecil (yang [astinya saat ini sudah basi), dan pernak-pernik (yang mungkin dia tak pernah lihat karena kereseknya tak pernah dia buka). Itu dariku. Itu oleh-oleh dari kampung halamanku yang aku beli untuknya. Ada rasa sakit hati yang seketika menyeruak. Sakit.

Lalu dia seperti bisa membaca pikiranku, dia melirik ke arahku dan menjauh sedikit untuk mengangkat panggilan handphonenya.

Jauh pikirku melayang bagaimana aku memilah-milih apa-apa yang ada di dalam keresek putih itu. Untuk dia. Aku belikan untuk dia. Aku ingat bagaimana aku muat-muatkan bawaanku agar barang-barang yang ada di dalan keresek itu bisa aku bawa untuk aku berikan pada sahabatku itu.

Melihat kenyataannya, aku sakit hati.

Usai menerima telfon, aku beranikan untuk bicara pada sahabatku itu. Aku tanyakan satu per satu pertanyaan yang ada di otakku. Aku utarakan satu per satu yang mengganjal di pikiranku.

Dan keluar satu kata dari mulutnya, "Maaf,"

Apa kau membayangkan kesakithatianku??

No comments:

Post a Comment